Setukpa Lemdiklat Polri Gelar Acara Malam Tradisi Pencarian Pedang Sekaligus Kumpulkan Sumbangan Untuk Anak Tuna Netra

    Setukpa Lemdiklat Polri Gelar Acara Malam Tradisi Pencarian Pedang Sekaligus Kumpulkan Sumbangan Untuk Anak Tuna Netra

    SUKABUMI - Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) Lemdiklat Polri kembali menggelar acara malam tradisi pencarian pedang, pemasangan pangkat perwira dan penyematan pin alumni Setukpa bagi para peserta didik Pendidikan Alih Golongan (PAG) dari bintara ke Perwira Polri gelombang I tahun 2022 Resimen Tadya Maharana Kivandra (TMK), pada minggu (6/11/2022) malam. 

    Bertempat dilapangan Soetadi Ronodipuro, Kasetukpa Lemdiklat Polri Brigjen Pol Mardiaz Kusin Dwihananto, S.I.K., M.Hum memimpin langsung acara tersebut didampingi oleh ibu Ketua Bhayangkari Cabang 04 Setukpa Lemdiklat Polri Ny. Tasha Mardiaz. 

    Malam tradisi ini mengandung makna yang sangat mendalam, sebilah pedang yang tajam merupakan senjata pusaka bagi seorang perwira, yang melambangkan kebenaran, keadilan dan kemanusiaan.

    “Berhati-hatilah dalam menggunakannya, karena pedang ini dapat menjadi malapetaka bila salah dalam menggunakannya. Pangkat perwira merupakan lambang otoritas dan tanggung jawab yang besar, bukan hanya untuk diri sendiri tapi kepada anak buah, rekan kerja, pimpinan, institusi dan masyarakat. Pin alumni Setukpa merupakan tanggung jawab moral untuk senantiasa menjaga nama baik atau citra baik almamater, bila belum mampu membuat harum jangan sekali-kali merusaknya”, pesan Kasetukpa kepada seluruh siswa-siswa calon perwira.

    Momen malam tradisi juga menjadi ajang pertemuan kembali, para calon perwira untuk bertemu dengan keluarga. Selepas acara inti, dilanjutkan dengan acara pentas seni. Di awali dengan persembahan istimewa tarian ‘Anak Medan’ dari Bhayangkari Cabang 04 Setukpa.

    Kemudian, tampil seorang talenta cilik tunanetra yang diundang untuk bernyanyi di panggung malam tradisi dan membuat suasana menjadi haru.

    “Saya mengenal anak ini, mendengar nyanyiannya, ketika saya sedang duduk di kantin ada yang memutarkan lagunya. Dan merasa terdorong hati saya sebagai orang tua untuk mendukung anak ini, karena dengan keterbatasannya dia tidak menyerah untuk mengejar cita-citanya. Ayahnya seorang satpam, memiliki tugas yang tentunya hampir sama dengan kami polisi”, cerita Kasetukpa dalam sambutan singkatnya.

    Dialah, Rere Regina gadis asal Ciamis berusia 9 (sembilan) tahun, yang lahir normal layaknya anak lain, namun pada saat usianya menginjak tiga tahun, ia mendadak kehilangan indera penglihatannya. 

    Ayah Rere berprofesi sebagai seorang anggota Satuan Pengamanan (Satpam), di salah satu rumah sakit umum dareah Ciamis. Seluruh harta benda telah direlakan sampai harus mengambil beberapa pinjaman uang demi kesembuhan Rere. Segala pengobatan telah ditempuh oleh keluarga. Namun, tetap tidak membuahkan hasil dan secara medis pun tidak ditemukan suatu penyakit. 

    Dengan semangat dan keceriaan Rere, ia mengajak orang tuanya untuk tidak terus terpuruk dengan keadaan. Walau dengan kekurangan Rere mampu membangkitkan semangat keluarganya, menunjukkan bahwa ia juga memiliki kemampuan sama seperti anak normal lainnya. Ia hobi bernyanyi dan didukung penuh keluarga, dengan mengikut beberapa perlombaan menyanyi. Rere pun juga mempunyai cita-cita ingin menjadi seorang guru. 

    Pada acara malam tradisi yang diselenggarakan di Setukpa Polri, Rere tampil membawakan lagu sendiri yang berjudul ‘Terang Dalam Hidupku’ bertemakan ungkapan terima kasih seorang anak dan rasa cinta yang begitu besar kepada orang tuanya berdasarkan kisah hidupnya.

    Kasetukpa memberikan kata sambutannya yang bermakna bagi setiap manusia, “Jika hati berniat baik, maka Allah akan pertemukan kita dengan hal-hal yang baik dan kesempatan untuk berbuat baik, Allah menitipkan kelebihan disetiap kekurangan, adakalanya fisik tidak hanya menjadi suatu ukuran untuk menggapai cita-cita dan impian, karena terkadang kesulitan mengantarkan kita pda hasil yang lebih baik daripada yang kita harapkan. Dan ketukan hati nurani tidak ada didalam buku”.

    Kasetukpa beserta ibu mempersilahkan para calon perwira dan seluruh tamu undangan yang hadir untuk memberikan sumbangsih sukarela dengan spontan. Tak disangka, empati begitu tinggi, berhasil terkumpul nominal uang tunai sebesar 87.470.000 rupiah. Tentunya ini adalah rejeki dari Allah atas perantara para dermawan calon-calon perwira dan keluarga, serta seluruh tamu undangan yang hadir untuk Rere dan keluarga.

    “Semoga dengan sedikit bantuan ini dapat membantu upaya keluarga Rere untuk menyembuhkan dan mengembalikan penglihatan Rere”, ucap Kasetukpa. 
     
    Munculnya sosok Rere Regina juga membawa pesan moral Polri peduli kepada sesama, untuk selalu dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan positif diwilayah tugas. Menebar manfaat dan kepedulian bagi masyarakat.

    Selain Rere Regina, Kasetukpa juga memberikan apresiasi kepada salah satu peserta didik yaitu Ariayanto Dahlan Harun asal pengiriman Polda Sulteng dengan memberikan julukan siswa tertangguh, karena dalam kondisinya yang patah tulang kaki akibat musibah gempa ditempat tugasnya, Dahlan sanggup mengikuti semua proses pendidikan dengan penuh semangat dan tanpa pernah mengeluh. Tidak meminta dirinya untuk diperlakukan khusus, tetap melaksanakan pendidikannya seperti siswa-siswa lainnya.

    Kasetukpa juga memberikan cinderamata berupa lukisan foto kepada siswa Dahlan sebagai wujud apresiasi, penghargaan atas ketangguhannya dalam menjalani proses pendidikan. Rere Regina dan ayah juga menerima dengan sangat syukur dan haru sumbangsih dari para dermawan beserta hadiah-hadiah bingkisan lain yang telah dipersiapkan oleh Setukpa.

    sukabumi
    Alam SP

    Alam SP

    Artikel Sebelumnya

    Kapolsek Percut Seituan Berikan Safari Kepada...

    Artikel Berikutnya

    Pelihara Kamtibmas Kondusif, Polres Binjai...

    Berita terkait

    Rekomendasi berita

    Polri TV: Transparan - Informatif - Terpercaya
    Hendri Kampai: Merah Putih, Bukan Abu-Abu, Sekarang Saatnya Indonesia Berani Jadi Benar
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan dan Paradoks Kebijakan
    Hendri Kampai: Negara Gagal Ketika Rakyat Ditekan dan Oligarki Diberi Hak Istimewa
    Hendri Kampai: Pemimpin Inlander Selalu Bergantung pada Asing

    Tags